Di awal bulan Ramadan, saya meminta ChatGPT untuk membuat beberapa gambar dari deskripsi prompt tentang orang berbuka puasa.
Beberapa ketentuan gambarnya adalah: cerah dengan background dinding berwarna putih atau abu-abu muda, serta meja makan juga berwarna putih.
Pertama, tentu (disclaimer) saya tidak berharap AI, atau ChatGPT bisa memberikan hasil yang tepat 100%. Jadi, memang hasil gambarnya juga tidak akan tepat dengan yang diharapkan.
Untuk warna dinding dan meja makan, ternyata tepat hasilnya. Juga gambarnya dominan dengan warna cerah (sesuai prompt). Hanya saja ada beberapa bagian yang menurut saya tidak tepat, atau jauh dari konteks.
Ketidak tepatan pertama, adalah dalam berhitung atau mencacah. Sudah disebutkan jumlah objek orang, yang seharusnya 5, tetapi setengah gambar yang dihasilkan adalah 4. Bisa jadi yang 1 orangnya adalah diperankan sebagai yang mengambil gambar? Lol kalau ini sih kepinteran.
Kedua, ketidaktepatan lainnya adalah ketika diminta agar semua orangnya menggunakan kacamata, ini juga selalu salah. Hanya 1 atau 2 orang saja yg dikenakan kacamata. Ini mirip tadi, mengabaikan aturan aritmetik sederhana. Mungkin algoritma dia terpengaruh oleh kriteria (reasoning) lain yang lebih kuat.
Ketiga, ini adalah yang paling fatal. Bisa jadi dia terkendala dengan konteks. Tampak di luar jendela, suasana yang tidak sesuai dengan waktu berbuka puasa, karena terlihat hari masih terang. Harusnya sebelum prompt ini mungkin perlu dipancing dulu dengan prompt “asyhadu …” 🙂 atau diawali dengan “anda seorang muslim …” dan seterusnya. Sehingga dia bisa mengakses referensi sesuai konteks.
Dari itu semua, takeaways yang bisa didapatkan kurleb seperti ini:

Credit gambar: Autonomous Systems Lab – ETH Zurich
- Kalimat prompt sangatlah penting. Harus disertai pernyataan yang jelas, dan menghasilkan konteks yang relevan. Belum dicoba misalnya kalau dilengkapi dengan “Anda seorang dosen STEM yang memahami perhitungan aritmetika, dan beragama Islam. Anda diminta menggambar …”
- Input and its knowledge is importance things. Ini bisa jadi disebabkan oleh datasets training atau model yang digunakan AI tentang konteks dan kaidah orang berpuasa tidaklah lengkap. Artinya informasi atau referensi dari khasanah keislaman masihlah perlu diperbanyak, terutama oleh ummat Islam sendiri.
- AI is just a thing. Dia bisa benar dan salah, seperti halnya manusia. Dia bisa menyelesaikan permasalahan (problem) yang rumit, tapi kadang gagal memberikan solusi dari hal yang menurut kita sederhana.
- Dari point 1 sampai 4 tadi, sekaligus menegaskan point 2, input adalah menjadi hal yang sangat mempengaruhi hasil. Meskipun proses juga penting, tapi yang pasti adalah: garbage in — garbage out.
Belajar adalah suatu proses yang tidak mudah, tapi bisa menjadi mudah dengan kesadaran mulai memahami dari hal-hal yang kecil. Kumpulan fenomena, symptoms adalah sangatlah banyak dan bertebaran di sekeliling kita. Tinggal kitanya mau mengambil hikmah dan tadabbur atau tidak. #mantap #tsahhh